Selasa, 27 Maret 2012

Laporan Pembuatan Media Kultur Jaringan

Laporan Pembuatan Media Kultur Jaringan
I. PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Perkembangan kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan hampir dikatakan jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidaklah heran jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi ini menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salah satunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan wilayah Indonesia.Potensi ini sangat berharga bagi pengembang dan pecinta anggrek di Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai komersial tinggi. Potensi tersebut akan menjadi tidak berarti manakala penebangan hutan dan eksploitasi besar-besaran terjadi hutan kita, belum lagi pencurian terang-terangan ataupun “terselubung” dengan dalih kerjasama dan sumbangan penelitian baik oleh masyarakat kita maupun orang asing.
Sementara itu hanya sebagian kecil pihak yang mampu melakukan pengembangan dan pemanfaatan anggrek spesies, khususnya yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan. Tidak dipungkiri bahwa metode terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan perbanyakan anggrek adalah dengan kulturjaringan, karena melalui kuljar banyak hal yang bisa dilakukan dibandingkan dengan metode konvensional.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya pengetahuan tentang bagaimana proses pembuatan media dan teknik mengkultur agar dapat menghasilkan tanaman yang baik.
1.2   Tujuan dan Kegunaan
Tujuandari praktikum ini agar kita dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan media itu sendiri dan cara mengkultur tanaman dengan baik agar menghasilkan tanaman mini yang sempurna.
Kegunaan dari praktikum pembuatan media kultur jaringan yaitu mengetahui tata cara penyediaan bahan  tanaman untuk kultur jaringan serta mengetahui tata cara sterilisasi, serta pembuatan media yang benar.
II.   TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Tanaman
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.  Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon.  Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain.  Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.  Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca.  Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Suryowinoto, 1991).
Dalam kultur jaringan, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk unsure murni, tetapi berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam media tumbuh, garam-garam mineral itu haruslah lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi tertentu, sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai dengan ketentuan sebagai pelarut dipakai akuades (Yuwono, 2008).
Untuk memenuhi faktor pertumbuhan tanaman, media kultur jaringan yang baik mengandung :
1.    Hara anorganik
Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur (Anonim, 2011).
2.    Hara organik
Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya.Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media.Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan. Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi.Dengan penelitian yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu, mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino (Anonim, 2011).
3.    Sumber karbon
           Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energi bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh. Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalamkultur (Anonim, 2011).
4.    Agar
            Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel.Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan (Anonim, 2011).
5. pH
Media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum.Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat (Anoni, 2011).
6. Zat Pengatur Tumbuh
Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh.Zat pengatur tumbuh (Anonim, 2011).
7. Air
Distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media (Anonim, 2011).


8. Pemilihan Media
Jika tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1.Untuk multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA pada konsentrasi yang rendah.Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2 mgL-1 ditambahkan (Anonim, 2011).

III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum pembuatan media dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi (PKP) Lantai 4, Universitas Hasanuddin, Makassar, pada hari Kamis, 24 Maret 2011 pukul 16.00 WITA sampai selesai.

3.2  Alat dan Bahan
Pada kultur jaringan alat-alat yang digunakan pada praktikum kultur jaringan adalah botol kultur dan tutupnya,dissecting kit, timbangan analitik, wrapping plastic, cawan petri/kaca blok, label, tissue, laminar air flow, autoclave, bahan kimia untuk media biakan, ph meter, aluminium foil, dan pipet mikro/pipet tips 1 set ( 10 ul,200 ul,1000 ul,5000 ul ),pipet ovendoor, Erlenmeyer, gelas ukur, dan alat tulis menulis.
            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kultur jaringan adalah tanaman kentang, gelas aqua, plastik transparan, media pasir,karet gelang, plastic tahan panas,gula, Air Aquadest dan agar-agar.
3.3  Prosedur Kerja
a)    Siapkan alat yang telah disterilisasi serta bahan-bahannya.
b)    Tuangkan aquadest sebanyak 1 liter kedalam erlenmeyer, lalu masukkan stock sesuai ukuran dengan menggunakan pipet ovendoor.
c)    Setelah semua stock dicampurkan maka selanjutnya di homogenkan dan pada saat di panaskan dituangkan  gula dan agar-agar sesuai takaran, serta menentukan pHnya.
d)    Setelah larutan tercampur maka pindahkan larutan ke gelas ukur dan masukkan kedalam botol kultur dengan hati-hati, lalu di autoclav selama 1 jam dalam suhu 1250C
e)    Media yang telah dibuat dipindahkan ke ruangan penyimpanan selama 2 hari untuk mengetahui apakah larutan jadi media dengan sempurna atau timbul cendawan atau bakteri.
f)     Kemudian dikultur di ruangan sterilisasi.
IV.        HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil Dari praktikum pembuatan media di peroleh  hasil pengamatan yaitu:
No.
Teknik pembuatan media
Gambar
1
Persiapan alat yang telah disterilisasi
2.
Pencampuran aquadest dengan larutan stock
3.
Di homogenkan
4.
Setelah dihomogenkan lalu di pindahkan ke botol kultur
5.
Ditutup mengunakan aluminium foil dan disimpan di ruangan penyimpanan selama 3 hari.
6.
Setelah 3 hari lalu dikultur di ruangan sterilisasi.

4.2  Pembahasan
Dari hasil tersebut dalam pembuatan media seperti pada gambar 1  dibutuhkan peralatan yang telah disterilisasi selama 2 jam, lalu pada saat pembuatan media dibutuhkan larutan stock Karena larutan stock pengganti unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Pada saat pencampuran larutan stock dengan aquadest tampak pada gambar 2 dibutuhkan pipet ovendoor agar tidak terkontaminasi (Anonim, 2011).
           Gambar 3 larutan dihomogenkan menggunakan hotplat, dalam proses ini gula dan agar-agar dicampurkan dan diaduk menggunakan magnet, kemudian dalam proses ini diukur pH larutannya, jika pHnya kurang dari 5,7 maka larutan ditambahkan KOH, sedangkan jika pHnya lebih dari 5,7 maka ditambahkan HCL (Anonim, 2011).
 Pada gambar 4 larutan yang telah dihomogenkan dipindahkan ke botol kultur dan ditutup menggunakan aluminium foil agar tidak terkontaminasi. Setelah itu dismpan di ruang penyimpanan selama 3 hari seperti tampak pada gambar 5. Pada gambar 6 media yang tebentuk dengan sempurna di kultur di ruang kultur (Anonim, 2011).

V.  PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulanbahwapembuatan larutan stok dilakukan dengan mengencerkan menggunakan aquades. unsure makro diencerkan sebanyak 5 kali, unsure mikro 100 kali, stok Fe 200 kali, vitamin 10 kali, ZPT berupa IAA dan Kinetin 100 kali, sedangkan pembuatan medium MS dilakukan dengan mencampurkan stok yang telah dibuat. Untuk pembuatan 1L medium, maka stok unsure makro diambil sebanyak 100 ml, stok unsure mikro diambil 5 ml, stok Fe diambil 5 ml, stok vitamin diambil 50 ml, stok ZPT untuk auksin dan sitokinin masing-masing 1 ml.
5.2Saran
Sebaiknya dalam praktikum pembuatan media siswa diberi waktu yang cukup untuk lebih mengenal dan memahami media-media yang digunakan dalam kultur jaringan agar mahasiswa lebih memahaminya dan ruang laboratorium yang digunakan harus lebih bersih dan disertai AC agar mahasiswa dapat melakukan praktikum dengan baik.
 
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011.Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin.
Suryowinoto, 1991.Kultur jaringan.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur
            Diakses pada tanggal 11Maret 2011.
Yuwono T. p2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: UGM Press.

1 komentar:

  1. hmmmm.... saya copy nah kak laporannya......! cuma untuk di jadikan contoh.....

    salam UNHAS........!






































    BalasHapus