Selasa, 27 Maret 2012

Laporan Pembuatan Biopestisida


Laporan Pembuatan Biopestisida 
IPENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) mempunyai arti penting bagi masyarakat, karena dapat menimbulkan kerusakan serta kerugian pada tanaman atau hasil olahannya. Pada umumnya petani menggunakan pestisida kimia untuk menekan kerusakan tanaman tersebut, karena dianggap lebih cepat memberikan efek hasil, mudah diaplikasikan serta mudah untuk mendapatkannya. Dalam perkembangannya, disadari bahwa penggunaan pestisida kimia dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan memberikan efek negatif pada kesehatan manusia. Hal tersebut mendorong seseorang untuk meminimalkan penggunaan pestisida kimia, dengan cara memanfaatkan agen pengendali hayati.
Penggunaan agen pengendali hayati dalam mengendalikan OPT semakin berkembang, karena cara ini lebih unggul dibanding pengendalian berbasis pestisida kimia. Beberapa keunggulan tersebut adalah Aman bagi manusia, musuh alami dan lingkungan, dapat mencegah ledakan hama sekunder, produk pertanian yang dihasilkan bebas dari residu pestisida, terdapat disekitar pertanaman sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis dan  menghemat biaya produksi.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka praktikum mengenai biopestisida ini sangat penting untuk dilakukan untuk menambah wawasan mengenai pengendalian OPT menggunakan agen hayati. Dan dengan dilaksanakannya praktikum ini kita dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian OPT yang dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan sekitar.

1.2.  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan biopestisida, mengurangi penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT.
Kegunaan praktikum ini yaitu untuk memanfaatkan limbah tanaman untuk pembuatan biopestisida, mengurangi dampak buruk penggunaan pestisida dalam pengendalian OPT baik dampak pada lingkungan maupun pada organisme sekitar.

IITINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Biopestisida
Biopestisida merupakan tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pestisida, baik secara langsung berfungsi sebagai pestisida maupun harus diekstrak terlebih dahulu. Biopestisida dapat diartikan sebagaimana semua bahan hayati, baik berupa tanaman, hewan, mikroba, atau protozoa yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman (Anonim, 2011).
Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat menyelamatkan musuh-musuh alami (Hanudin, 2010).
Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti bakteri patogen, virus dan jamur. Pestisida biologi yang saat ini banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Jenis-jenis lain seperti bakterisida, nematisida dan herbisida biologi telah banyak diteliti, tetapi belum banyak dipakai  (Anonim, 2010).
Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat menyelamatkan musuhmusuh alami (Untung, 1993).
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif (Anonim, 1994).
 Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).
2.2. Sumber Biopestisida                            
Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar yang senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk mengendalikan hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal) (Marwoto, 2000).
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem pencernaan, atau mengubah perilaku serangga. Beberapa jenis tanaman yang mampu mengendalikan hama seperti famili Meliaceae (nimba, Aglaia), famili Anonaceae (biji srikaya, biji sirsak, biji buah nona) (Anonim, 1994).
Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap mikroba lainnya (penyebab penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga ( hama ) maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman). Formulasi Beuveria bassiana (isolat Segunung) mampu mengendalikan hama kumbang moncong yang merupakan hama utama anggrek dan serta mengendalikan kumbang mawar serta kutu daun pada tanaman krisan (Anonim, 1994).
2.3.  Jenis-jenis Biopestisida
Jenis-jenis biopestisida, antara lain :
1.    Insektisida biologi (Bioinsektisida)
Berasal dari mikroba yang digunakan sebagai insektisida. Mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada serangga tidak dapat menimbulkan gangguan terhadap hewan-hewan lainnya maupun tumbuhan. Jenis mikroba yang akan digunakan sebagai insektisida harus mempunyai sifat yang spesifik artinya harus menyerang serangga yang menjadi sasaran dan tidak pada jenis-jenis lainnya (Sastroutomo, 1992).
Pada saat ini hanya beberapa insektisida biologi yang sudah digunakan dan diperdagangkan secara luas. Mikroba patogen yang telah sukses dan berpotensi sebagai insektisida biologi salah satunya adalah Bacillus thuringiensis (Khetan, 2001).
Bacillus thuringiensis var. kurstaki telah diproduksi sebagai insektisida biologi dan diperdagangkan dalam berbagai nama seperti Dipel, Sok-Bt, Thuricide, Certan dan Bactospeine. Bacillus thuringiensis var. Israelensis diperdagangkan dengan nama Bactimos, BMC, Teknar dan Vektobak. Jenis insektisida ini efektif untuk membasmi larva nyamuk dan lalat (Sastroutomo, 1992).
Jenis insektisida biologi yang lainnya adalah yang berasal dari protozoa, Nosema locustae, yang telah dikembangkan untuk membasmi belalang dan jengkerik. Nama dagangnya ialah NOLOC, Hopper Stopper. Cacing yang pertama kali didaftarkan sebagai insektisida ialah Neoplectana carpocapsae, yang diperdagangkan dengan nama Spear, Saf-T-Shield. Insektisida ini digunakan untuk membunuh semua bentuk rayap (Sastroutomo, 1992).
2.    Herbisida biologi (Bioherbisida)
Termasuk dalam golongan herbisida ini ialah pengendalian gulma dengan menggunakan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, jamur dan virus. Bioherbisida yang pertama kali digunakan ialah DeVine yang berasal dari Phytophthora palmivora yang digunakan untuk mengendalikan Morrenia odorata, gulma pada tanaman jeruk. Bioherbisida yang kedua dengan menggunakan Colletotrichum gloeosporioides yang diperdagangkan dengan nama Collego dan digunakan pada tanaman padi dan kedelai di Amerika (Novizan, 2002).
3.    Fungisida biologi (Biofungisida)
Biofungisida menyediakan alternatif yang dipakai untuk mengendalikan penyakit jamur. Beberapa biofungisida yang telah digunakan adalah spora Trichoderma sp. digunakan untuk mengendalikan penyakit akar putih pada tanaman karet dan layu fusarium pada cabai.Merek dagangnya ialah Saco P dan Biotri P (Novizan, 2002).
Biofungisida lainnya menurut Novizan (2002), yaitu Gliocladium spesies G. roseum dan G. virens. Produk komersialnya sudah dapat dijumpai di Indonesia dengan merek dagang Ganodium P yang direkomendasikan untuk mengendalikan busuk akar pada cabai akibat serangan jamur Sclerotium Rolfsii.
Bacillus subtilis yang merupakan bakteri saprofit mampu mengendalikan serangan jamur Fusarium sp. pada tanaman tomat. Bakteri ini telah diproduksi secara masal dengan merek dagang Emva dan Harmoni BS (Novizan, 2002).
2.4. Manfaat Biopestisida
Sesuai dengan namanya, biopestisida digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman. Namun, manfaat biopestisida berbagai macam sesuai dengan bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan biopestisida yang diinginkan, seperti misalnya pestisida alami dari ekstrak daun pepaya memiliki beberapa manfaat, antara lain: dapat digunakan untuk mencegah hama seperti aphid, rayap, hama kecil, dan ulat bulu serta berbagai jenis serangga (Anonim, 2011).
Penggunaannya memberikan banyak manfaat. Selain efektif mengendalikan hama dan penyakit, ternyata terbukti dapat meningkatkan hasil panen, Penggunaan Biopestisida pun umumnya lebih efektif pada dosis rendah dan cepat terurai sehingga pemaparannya lebih rendah dan terhindar dari masalah pencemaran. Lain hanya pestisida kimia yang sering kali menimbulkan dampak residu. Selain dapat mencegah hama dan penyakit pada tanaman, biopestisida juga dapat memberi manfaat pada lingkungan, sehingga lingkungan dapat menjadi lebih sehat dengan adanya pemanfaatan lingkungan secara maksimal tanpa bahan kimia (Anonim, 2010).

III.  METODOLOGI
3.1  Tempat dan Waktu
Praktikum Biopestisida ini dilaksanakan di Malino, desa bulu ballea, kabupaten gowa, pada hari Sabtu, 9 April 2011  pada pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2   Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada saat praktikum Biopestisida yaitu parang, ember beserta tutupnya dan alat tulis menulis.
Bahan-bahan  yang digunakan yaitu buah bila, air, dan bioaktivator.
3.3   Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum Biopestisida ini adalah sebagai berikut:
v  Membelah buah bila
v  Mengambil isi buah bila kemudian masukkan ke dalam ember
v  Setelah itu tambahkan air sekitar 1 liter
v  Menambahkan bioaktivator sekitar 1 tutup botol
v  Kemudian tutup rapat ember sehingga tidak ada celah
v  Diamkan selama ± 3 hari untuk melihat apakah praktikum yang kita lakukan berhasil atau tidak.

IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dalam praktikum ini hal-hal yang dilakukan yaitu:
1.    Membelah buah bila
2.    Mengambil isi buah bila kemudian masukkan ke dalam ember
3.    Menambahkan air dan bioaktivator
4.    Menutup ember sehingga tidak ada celah

4.2.  Pembahasan
Dalam pembuatan penggunaan biopestisida dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia yang dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan maupun manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011) yang menyatakan dalam perkembangannya, disadari bahwa penggunaan pestisida kimia dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan memberikan efek negatif pada kesehatan manusia. Hal tersebut mendorong seseorang untuk meminimalkan penggunaan pestisida kimia, dengan cara memanfaatkan agen pengendali hayati.
Penggunaan biopestisida juga memiliki banyak keunggulan diantaranya ramah lingkungan dan dapat menurunkan biaya petani dalam pengendalian OPT pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Untung (1993) yang menyatakan Penggunaan agen pengendali hayati dalam mengendalikan OPT semakin berkembang, karena cara ini lebih unggul dibanding pengendalian berbasis pestisida kimia. Beberapa keunggulan tersebut adalah: 1) Aman bagi manusia, musuh alami dan lingkungan, 2) dapat mencegah ledakan hama sekunder; 3) produk pertanian yang dihasilkan bebas dari residu pestisida; 4) terdapat disekitar pertanaman sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pestisida sintetis; dan 5) menghemat biaya produksi karena biaya pengendalian OPT berlebih.
Selain memiliki keunggulan penggunaan biopestisida ini juga memiliki kekurangan seperti tidak langsung membunuh hama dan responnya relative lambat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sastrautomo (1992) yang menyatakan kekurangan dari penggunaan biopestisida adalah:
1.    Daya kerjanya relative lambat.
2.    Tidak langsung membunuh hama sasaran sehingga perlu berkali-kali penyemprotan.
3.    Tidak tahan sinar matahari.
4.    Tidak tahan simpan.
5.    Keterbatasan produksi, mode of action yang lambat dan inang yang relatif spesifik.
Adapun kendala dalam pembuatan biopestisida yaitu kurangnya pemahaman dengan pembuatan dan manfaat penggunaan biopestisida dan sosialisasi yang masih minim terhadap masyarakat khususnya petani tentang dampak buruk pestisida kimia dan keunggulan biopestisida.

VPENUTUP
5.1   Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam praktikum pembuatan Biopestisida dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
v  Penggunaan biopestisida adalah salah satu solusi untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian OPT yang membawa dampak buruk bagi lingkungan dan manusia.
v  Penggunaan biopestisida memiliki banyak keunggulan namun juga memiliki kekurangan
v  Pembuatan biopestisida masih banyak mengalami kendala.
5.2   Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum dilakukan bergelombang agar tidak terlalu padat perserta sehingga praktikum dapat berjalan efektif.
 
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. Meningkatnya Konsumsi Makanan Organik (online) http://nelsonsimanjuntak.blogspot.com/2010/06/meningkatnya-konsumsi-makanan-organik.html?zx=635ed666bf91df23 diakses Sabtu, 16 April 2011 tepatnya pukul 19.00 WITA.
Anonim.2011. Biopestisida (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Biopestisida) diakses pada Sabtu, 16 April 2011

Hanudin, E. Sutarya, S. Mihardja, dan I. Sanusie. 2010. Mikroba Antagonis sebagai Agen hayati Pengendali Penyakit Tanaman. Available at: http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr262044.pdf. Accessed Jan. 26, 2011.

Untung.1992. Pestisida Alami. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jember.

Sastrautomo. 1992. Pedoman Penerapan Agen Hayati Dalam Pengendalian OPT Tanaman Sayuran. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Direktorat Perlindungapn Hortikultura. Jakarta. 49 hal.

0 komentar:

Posting Komentar