Laporan Pembuatan Media Kultur Jaringan
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perkembangan
kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan hampir dikatakan
jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidaklah heran
jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery
anggrek di negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga
penelitian, publik dan pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi ini
menjadi sangat lambat perkembangannya adalah karena adanya persepsi bahwa
diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk membangun sebuah lab kultur
jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa,
salah satunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis anggrek spesies
tersebar di hutan wilayah Indonesia.Potensi ini sangat berharga bagi pengembang
dan pecinta anggrek di Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan
anggrek silangan yang memiliki nilai komersial tinggi. Potensi tersebut akan
menjadi tidak berarti manakala penebangan hutan dan eksploitasi besar-besaran
terjadi hutan kita, belum lagi pencurian terang-terangan ataupun “terselubung”
dengan dalih kerjasama dan sumbangan penelitian baik oleh masyarakat kita
maupun orang asing.
Sementara itu hanya sebagian kecil pihak yang mampu
melakukan pengembangan dan pemanfaatan anggrek spesies, khususnya yang
berkaitan dengan teknologi kultur jaringan. Tidak dipungkiri bahwa metode
terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan perbanyakan anggrek adalah dengan
kulturjaringan, karena melalui kuljar banyak hal yang bisa dilakukan
dibandingkan dengan metode konvensional.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu
adanya pengetahuan tentang bagaimana proses pembuatan media dan teknik
mengkultur agar dapat menghasilkan tanaman yang baik.
1.2 Tujuan
dan Kegunaan
Tujuandari
praktikum ini agar kita dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan media itu
sendiri dan cara mengkultur tanaman dengan baik agar menghasilkan tanaman mini
yang sempurna.
Kegunaan dari praktikum pembuatan
media kultur jaringan yaitu mengetahui tata cara penyediaan bahan tanaman untuk kultur jaringan serta
mengetahui tata cara sterilisasi, serta pembuatan media yang benar.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Media Tanaman
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam
mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan
tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan
pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus
disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf (Suryowinoto,
1991).
Dalam
kultur jaringan, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk unsure murni, tetapi
berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum dicampurkan kedalam media tumbuh,
garam-garam mineral itu haruslah lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi
tertentu, sehingga dalam media tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai
dengan ketentuan sebagai pelarut dipakai akuades (Yuwono, 2008).
Untuk
memenuhi faktor pertumbuhan tanaman, media kultur jaringan yang baik mengandung
:
1.
Hara
anorganik
Ada 12 hara
mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang
dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam
kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur (Anonim,
2011).
2.
Hara
organik
Tanaman
yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua
kebutuhan bahan organiknya.Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa
ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup
untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke
media.Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin,
piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan. Selain bahan organik tersebut,
bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein
hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain.
Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi.Dengan
penelitian yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat
tertentu, mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino (Anonim, 2011).
3.
Sumber
karbon
Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan
karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus
ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energi bagi
pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul
yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh. Biasanya sukrosa pada
konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain
seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa
diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang
dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalamkultur (Anonim, 2011).
4.
Agar
Umumnya jaringan dikulturkan pada
media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar
sperti Gelrite atau Phytagel.Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara
0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali
air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan
kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak
mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan (Anonim, 2011).
5. pH
Media biasanya diatur pada kisaran 5.6
– 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk
pertumbuhan optimum.Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi
terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat (Anoni,
2011).
6. Zat Pengatur Tumbuh
Pada
media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh.Zat pengatur tumbuh (Anonim,
2011).
7. Air
Distilata biasanya digunakan dalam
kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda).
Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini
menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media (Anonim,
2011).
8. Pemilihan
Media
Jika tidak ada informasi awal,
biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung
konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan
telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus,
2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1.Untuk multiplikasi
tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA
pada konsentrasi yang rendah.Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2 mgL-1
ditambahkan (Anonim, 2011).
III.
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pembuatan media dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi
(PKP) Lantai 4, Universitas Hasanuddin,
Makassar,
pada hari
Kamis, 24 Maret 2011 pukul 16.00 WITA sampai selesai.
3.2
Alat dan Bahan
Pada kultur jaringan alat-alat yang
digunakan pada praktikum kultur jaringan adalah botol kultur dan tutupnya,dissecting
kit, timbangan analitik, wrapping plastic, cawan petri/kaca blok, label,
tissue, laminar air flow, autoclave, bahan kimia untuk media biakan, ph meter,
aluminium foil, dan pipet mikro/pipet tips 1 set ( 10 ul,200 ul,1000 ul,5000 ul
),pipet ovendoor, Erlenmeyer,
gelas ukur, dan
alat tulis menulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada
praktikum kultur jaringan adalah tanaman kentang, gelas aqua, plastik transparan, media pasir,karet
gelang, plastic tahan panas,gula, Air
Aquadest dan agar-agar.
3.3 Prosedur Kerja
a)
Siapkan alat yang telah disterilisasi serta
bahan-bahannya.
b)
Tuangkan aquadest sebanyak 1 liter kedalam erlenmeyer,
lalu masukkan stock sesuai ukuran dengan menggunakan pipet ovendoor.
c)
Setelah semua stock dicampurkan maka selanjutnya di
homogenkan dan pada saat di panaskan dituangkan
gula dan agar-agar sesuai takaran, serta menentukan pHnya.
d)
Setelah larutan tercampur maka pindahkan larutan ke gelas
ukur dan masukkan kedalam botol kultur dengan hati-hati, lalu di autoclav
selama 1 jam dalam suhu 1250C
e)
Media yang telah dibuat dipindahkan ke ruangan
penyimpanan selama 2 hari untuk mengetahui apakah larutan jadi media dengan
sempurna atau timbul cendawan atau bakteri.
f)
Kemudian dikultur di ruangan sterilisasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil Dari praktikum
pembuatan media di peroleh hasil
pengamatan yaitu:
No.
|
Teknik pembuatan media
|
Gambar
|
1
|
Persiapan alat yang telah
disterilisasi
|
|
2.
|
Pencampuran aquadest dengan
larutan stock
|
|
3.
|
Di homogenkan
|
|
4.
|
Setelah dihomogenkan lalu di
pindahkan ke botol kultur
|
|
5.
|
Ditutup mengunakan aluminium foil
dan disimpan di ruangan penyimpanan selama 3 hari.
|
|
6.
|
Setelah 3 hari lalu dikultur di
ruangan sterilisasi.
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil
tersebut dalam pembuatan media seperti pada gambar 1 dibutuhkan peralatan yang telah disterilisasi
selama 2 jam, lalu pada saat pembuatan media dibutuhkan larutan stock Karena
larutan stock pengganti unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Pada
saat pencampuran larutan stock dengan aquadest tampak pada gambar 2 dibutuhkan
pipet ovendoor agar tidak terkontaminasi (Anonim, 2011).
Gambar
3 larutan dihomogenkan menggunakan hotplat, dalam proses ini gula dan agar-agar
dicampurkan dan diaduk menggunakan magnet, kemudian dalam proses ini diukur pH
larutannya, jika pHnya kurang dari 5,7 maka larutan ditambahkan KOH, sedangkan
jika pHnya lebih dari 5,7 maka ditambahkan HCL (Anonim, 2011).
Pada gambar 4 larutan yang telah dihomogenkan
dipindahkan ke botol kultur dan ditutup menggunakan aluminium foil agar tidak
terkontaminasi. Setelah itu dismpan di ruang penyimpanan selama 3 hari seperti
tampak pada gambar 5. Pada gambar 6 media yang tebentuk dengan sempurna di
kultur di ruang kultur (Anonim, 2011).
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulanbahwapembuatan
larutan stok dilakukan dengan mengencerkan menggunakan aquades. unsure makro
diencerkan sebanyak 5 kali, unsure mikro 100 kali, stok Fe 200 kali, vitamin 10
kali, ZPT berupa IAA dan Kinetin 100 kali, sedangkan pembuatan medium MS
dilakukan dengan mencampurkan stok yang telah dibuat. Untuk pembuatan 1L
medium, maka stok unsure makro diambil sebanyak 100 ml, stok unsure mikro
diambil 5 ml, stok Fe diambil 5 ml, stok vitamin diambil 50 ml, stok ZPT untuk
auksin dan sitokinin masing-masing 1 ml.
5.2Saran
Sebaiknya dalam praktikum pembuatan
media siswa diberi waktu yang cukup untuk lebih mengenal dan memahami
media-media yang digunakan dalam kultur jaringan agar mahasiswa lebih
memahaminya dan ruang laboratorium yang digunakan harus lebih bersih dan
disertai AC agar mahasiswa dapat melakukan praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011.Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas Hasanuddin.
Suryowinoto,
1991.Kultur jaringan.http://mail.uns.ac.id/~subagiya/struktur
Diakses
pada tanggal 11Maret 2011.
Yuwono T. p2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: UGM
Press.
hmmmm.... saya copy nah kak laporannya......! cuma untuk di jadikan contoh.....
BalasHapussalam UNHAS........!