Kamis, 10 November 2011

"LAPORAN REAKSI TANAH"


"LAPORAN REAKSI TANAH"
I.   PENDAHULUAN
I.1.  Latar Belakang
            Kemasaman tanah adalah sifat tanah yang perlu diketahui, sebab menunjukkan adanya hubungan pH dengan ketersediaan unsure hara dan juga hubungna antara pH dengan sifat-sifat tanah. Terdapatnya beberapa hubungan komponen dalam tanah mempengaruhi konsentrasi H+ dalam tanah, dimana keadaannya dipersulit oleh bahan-bahan tanah yang lain.
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan bahwa banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah maka semakin masam tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ maka tanah tersebut tergolong alkalis (OH- lebih banyak daripada H+).
Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsure-unsur hara diserap tanaman. Pada tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang terbaik (netral), pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap tanamankarena diikat (difiksasi) oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pHnya berkisar antara 8-14 sehingga unsure P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena difikasi atau diikat oleh Ca. penanggullangan tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah itu, sedankan tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan cara penambahan belerang.
Keasaman tanah dapat ditentukan oleh dinamika H+ di dalam tanah, ion H+ yang terdapat dalam tanah (suspensi tanah) yang berada dalam keseimbangan ion H+ yang terjerap. Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh H+ dalam larutan, sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion H+ dan Al yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan percobaan reaksi tanah (pH) untuk mengetahui jenis reaksi dan nilai pH tanah Alfisol pada berbagai lapisan tanah.
I.2.  Tujuan dan Kegunaan
I.2.1.   Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam tiap lapisan tanah dan mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pH.
I.2.2.  Kegunaan
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa  dapat mengetahui lebih jauh tentang cara mengukur pH tanah dan tingkat pH yang baik dalam tanah untuk usaha pertanian.



II.  TINJAUAN PUSTAKA
II.1.  Reaksi Tanah
Reaksi yang penting adalah masam, netral dan alkalis. Pernyataan ini dinyatakan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam tanah ditemukan lebih banyak ion OH- maka tanah itu masam dan bila tanah H+ maka tanah itu alkalis. Untuk menyeragamkan pengertian sifat reaksi tanah tersebut dinilai berdasarkan konsentrasi ion H+ dan dinyatakan dengan pH. Salah satu sifat kimia tanah yang penting adalah reaksi atau pH tanah. Reaksi atau pH tanah menunjukkan konsentrasi ion H+ didalam larutan tanah. Nilai pH didefinisikan sebagai negatif konsentrasi ion H+ dalam larutan.  Untuk menyeragamkan pengertian, sifat reaksi dinilai berdasarkan konsentrasi ion H dan dinyatakan dengan pH. Dengan kata lain, pH tanah = - log  [H] tanah. Bila konsentrasi ion H bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion OH bertambah pH naik. Distribusi ion H dalam tanah tidak homogen. Ion H lebih banyak dijerap daripada ion OH, maka ion H lebih pekat di dekat permukaan koloid, sedangkan OH sebaliknya. Dengan demikian pH lebih rendah di dekat koloid daripada tempat yang jauh dari koloid (Hakim, dkk. 1986).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 masam, dan lebih besar dari 7 basis atau alkalis. Pada keadaan netral konsentrasi ion H+ sama besar dengan konsentrasi ion OH- dan pada keadaan alkalis sebaliknya. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik, seperti pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat mengganggu proses biologik. Kelas kemasaman tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis (Pairunan, dkk. 1985).
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang  (Hardjowigeno, 2003).  

II.2. Faktor yang mempengaruhi Reaksi Tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. Didaerah basah pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang mengendap secar alami dalam tanah didaerah-daerah kering, atau sebagai akibat penambahan irigasi. (Notohadiprawiro, 1998).
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan usr hara; juga terdapat beberapa hubungan antara ph dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh : 1. Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian air suling (bahan lain yang sesuai seperti larutan garam netral), 2. Campurkanlah mereka untuk mendapatkan tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan kemudian, 3. Ukurlah pH suspensi air tanah. Tedapat beberapa komponen dalam tanah yang mempengaruhi konsentrasi H2 larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh bahan-bahan tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai dengan suatu pH tertentu dan faktor – faktor yang mengendalikan pH pada sebagian besar tanah, yang umumnya berkisar 4 – 10, pH kurang dari 4, biasanya dikaitkan dengan hadirnya asam kuat seperti asam sulfat.(Foth.H.D, 1999)
Faktor-faktor lain yang kadangkala mempengaruhi pH tanah terutama didaerah industri, antara lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan. Hujan asam juga terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat yang menimbulkan gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air hujan.( Hanafiah K. A, 2004).

II.3. Hubungan reaksi tanah dengan kesuburan tanah
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion Hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara  tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral  biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Hakim dkk, 1986).
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan dengan masalah tersebut di atas adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat dari tanah, reaksi tanah, dan pengelolaannya. (Foth, 1994).
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang.   (Hardjowigeno, 2003).  
Reaksi tanah atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa-basa. Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al mungkin tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena mengendap. Reaksi tanah mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH sekitar netral, bakteri aktif melapuk bahan organik, sedang pada tanah masam pelapukan lebih banyak dilakukan oleh cendawan. Pada pH yang terlalu rendah aktivitas memfiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium tertekan. Umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara dapat larut dalam air.  Mengingat besarnya pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman, maka para ahli melakukan penyelidikan guna memperoleh pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang dapat dilakukan bila mengetahui keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk keperluan budidaya tanaman.Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah, proses penyerapan hara utama (kalium, kalsium dan magnesium) disertai pertukaran dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya pengasaman tanah. Jenis Tanaman tertentu juga mempengaruhi pengasaman tanah. Semakin rendah tingkat keasaman dalam tanah maka semakin banyak kandungan organik  didalam tanah. Penilaian mengenai produktivitas atau kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga aspek, yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia dan biologis tanah.  Ketiga aspek ini dapat diketahui sama penting peranannya dalam menentukan kesuburan tanah.  Apabila dari salah satu dari ketiga aspek ini rendah, sementara yang lainnya tinggi maka produktivitas tanah yang maksimum belum dapat tercapai. (Anonim, 2010).


III.   METODOLOGI
III.1.  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 03 November  2011 pukul 15.20 WITA di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

III.2.  Alat dan Bahan
Alat – alat yang digunakan dalam praktikum yaitu  tempat 3 buah roll film, 2 buah gelas ukur, dan pH meter. Bahan yang digunakan adalah sampel tanah profil lapisan 1,2 dan 3, aquades, tissu.

III.3.  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu (1) 10 gram tanah halus dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau tempat roll film dan tambahkan air suling 10 ml (rasio 1 : 1). (2) Kocok selama 30 menit dengan menggunakan mesin pengocok, kemudian diamkan selama 1 menit.(3) Ukur dengan pH meter. (4) jika diinginkan bisa dibuat perbandingan air dan tanah dengan perbandingan 1:2:3:4:5:7:10 dan melihat grafiknya. (5) jika diinginkan Ph KCl 1 N atau pH CaCl2 0,01 M maka air suling diganti dengan larutan tersebut.



IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1.  Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel. Hasil Pengamatan Reaksi Tanah (pH Tanah) pada Profil lapisan I,II dan III
Lapisan
pH Tanah
Keterangan
I
4,44
Agak Masam
II
3,33
Agak Masam
III
2,37
 Masam
                        Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011
IV.2.  Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh pada saat praktikum, tanah dalam lapisan I diperoleh pH tanah sebesar 4,44 dengan kriteria tanah agak masam, pada lapisan II pH tanahnya adalah 3,33 dengan kriteria tanah agak masam dan pada lapisan III pH tanahnya adalah 2,37 dengan kriteria tanah masam. Dari tiga lapisan tersebut pH tanahnya bersifat sangat masam, kemasaman tanah disebabkan oleh bahan organik yang terdapat dalam tanah tersebut sehingga daya ikat sangat besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1985) yang menyatakan bahwa kemasaman tanah sangat dipengaruhi oleh bahan organik.
Dari ketiga lapisan tersebut, yang memiliki nilai pH tertinggi adalah lapisan I yaitu 4,44. Hal ini terjadi karena bahan organik yang dikandung oleh lapisan I lebih banyak daripada lapisan II dan III. Lapisan yang memiliki nilai pH yang paling rendah yaitu lapisan III yaitu 2,37. Hardjowigeno (1985) yang menyatakan bahwa bahan organik pada lapisan I terdekomposisi kemudian masuk kedalam lapisan dibawahnya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH suatu tanah berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan airnya, hal ini sesuai dengan pendapat Harjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa pemberian air yang berbeda-beda pada suatu jenis tanah akan memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai pH tanah.



V.  KESIMPULAN DAN SARAN
V.1.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa reaksi tanah (pH) pada setiap lapisan tanah itu berbeda - beda. Dari percobaan terbukti bahwa lapisan I memiliki pH 4,44 paling tinggi dibanding dengan lapisan II dengan jumlah pH 3,33 dan lapisan III dengan jumlah pH 2,37, karena itu semua dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik pada setiap lapisan tanah. Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam kation yang terserap. Didaerah basa pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang mengendap secara alami dalam tanah didaerah-daerah kering, atau sebagai akibat penambahan irigasi.

V.2.  Saran
Saran untuk laboratorium bahwa sebaiknya alat-alat yang tersedia dalam laboratorium labih di perhatikan kebersihan dan mengikuti semua prosedur yang ada, sehingga hasil yang kita capai menjadi maksimal. Adapun saran untuk pengamat, bahwa sebaiknya praktikan harus lebih teliti dalam menimbang tanah dan mengukur tanah.




DAFTAR PUSTAKA
Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim 2, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bulk Density. Diakses
dari http://strukturtanah.blogspot.com/ pada 19 Mei 2011. Makassar
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B.Hong, H.H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno. S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Anonim, 2007. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Anonim 2, 2010. Reaksi tanah dengan kesuburan tanah. Diakses
dari http://reaksitanah.blogspot.com/ pada 19 Mei 2010. Makassar